Cloudflare merilis laporan pihaknya telah memitigasi distributed denial of service (DDoS), yang memecahkan rekor selama bulan Mei 2025 mencapai 7.3 Tbps, dengan target penyedia hosting.
Serangan DDoS ini menyerang target dengan lalu lintas jumlah besar bertujuan untuk menyerang server dan menyebabkan perlambatan layanan, gangguan, bahkan pemadaman.
Angka 37,4 terabyte bukanlah angka yang istimewa, tetapi mengunduh 37,4 terabyte hanya dalam 45 detik adalah angka yang fantastis. Itu setara dengan membanjiri jaringan Anda dengan lebih dari 9.350 film HD berdurasi penuh, atau streaming 7.480 jam video high-definition tanpa henti (hampir setahun menonton secara maraton berturut-turut) hanya dalam 45 detik. Jika itu musik, Anda akan mengunduh sekitar 9,35 juta lagu dalam waktu kurang dari satu menit, cukup untuk membuat pendengar sibuk selama 57 tahun terus menerus.

The record-breaking 7.3 Tbps DDoS attack delivered 37.4 TB in 45 seconds
Serangan tersebut berasal dari lebih dari 122.145 alamat IP terdiri dari 5.433 Autonomous Systems (AS) di 161 negara.
Hampir setengah dari lalu lintas serangan berasal dari Brasil dan Vietnam, dengan masing-masing sekitar seperempatnya. Sepertiga lainnya, secara agregat, berasal dari Taiwan, Tiongkok, Indonesia, Ukraina, Ekuador, Thailand, Amerika Serikat, dan Arab Saudi.

Top 10 source countries of the attack traffic
Serangan 7,3 Tbps merupakan serangan DDoS multivektor. Sekitar 99,996% dari lalu lintas serangan dikategorikan sebagai serangan UDP. Namun, 0,004% sisanya, yang mencakup 1,3 GB dari lalu lintas serangan, diidentifikasi sebagai QOTD reflection attacks, Echo reflection attack, NTP reflection attack, Mirai UDP flood attack, Portmap flood, and RIPv1 amplification attacks.

The attack vectors other than UDP floods
Jaringan anycast milik Cloudflare berhasil menyebarkan lalu lintas serangan ke 477 pusat data di 293 lokasi, memanfaatkan teknologi milik mereka secara real-time.